Sabtu, 14 Januari 2017

Waktu Maghrib di Balkon Ini

Adzan maghrib berkumandang, matahari mulai turun perlahan menyeret kegelapan ke mataku. Aku hanya duduk di kursi panjang di balkon ini, berusaha menyadari bahwa disetiap waktu berjalan, ia selalu menyeret perubahan.

Ya, perubahan. Terang menjadi gelap. Sebuah kesenangan tersendiri bagiku menjadi saksi dari perubahan itu. Aku menghendakinya. Aku menikmatinya pula.

Kini dunia telah gelap karena perbahan itu. Kegelapan yang sekarang menyelimutiku membuatku sadar kalau cahaya ternyata ngga harus ada. Aku bisa hidup jauh dari cahaya. Aku bisa hidup tanpa itu. Aku bisa tertawa dan menangis dalam gelap, tanpa perlu melihat mereka yang ada di sekelilingku.

Itu cara yang sempurna bagiku untuk dapat menikmati hidup, melihat hal yang hanya perlu aku lihat, dan mengabaikan sisanya, karena aku yakin, itu hanya akan membuatku sakit. Aku ngga perlu tau apa yang terjadi disana, karena disini, aku punya kehidupan yang aku yakin bisa kubuat indah sekalipun disini ngga ada cahaya.

Suatu saat, jika ada sebuah cahaya berdiri dan memenuhi mataku, menyilaukan aku dari sisi lain dunia yang luas ini lagi, aku tau harus berbuat apa. Aku cukup menggerakkan kedua kelopak mataku, merapatkannya perlahan, menikmati mereka menarik kegelapan sama seperti yang matahari tadi lakukan.

Dan akupun akan damai dan tenang selamanya.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar