Aku masih ingat pagi-pagi dimana aku dan kamu terbangun di tempat tidur yang berbeda, di kota yang berbeda. Saat itu kita tak pernah meninggalkan ritual tukar sapa, saling memuaskan rasa yang luar biasa untuk dapat kembali bertatap muka. Dengan ucapan sederhana darimu, aku pun mampu mengambil langkah semangat di awal hari-hari itu, sembari menawarkan perasaan yang tak pernah berhenti menggebu, selalu menggelitik dan mengusikku, "Kapan kita kembali bertemu?".
Hari demi hari kita jalani, tak sedikitpun rasa ini tergerus karena arogansi jarak dan waktu yang membentang di antara kita. Berapa banyak masalah yang hilir-mudik, namun kita mampu melaluinya dengan melenggang-tawa. Kita berhasil mengacuhkan dunia, kita berhasil mempercayai sesuatu yang akhirnya dapat kita sebut "kita".
Dalam setiap langkah, aku membawa wajahmu, dan dalam setiap nafas, aku membawa semangatmu. Kamu membuatku kembali hidup. Kamu membuatku kembali mempunyai sebuah tujuan yang menggerakkan otot-ototku yang selama ini berkarat karena kejemuan. Aku kini punya alasan untuk selalu bahagia, dan tidak punya alasan lagi untuk berlara.
Dalam malam kita, bintang tak lagi kita butuhkan untuk menjadikannya indah, sebab kamulah anugerah yang terindah itu. Dalam malam itu, kita berbincang ringan, meletakkan kepala kita di bawah dan kaki kita di atas untuk melihat segala kejadian yang telah kita alami, hingga kita mampu untuk bersyukur atas segalanya. Dalam malam itu, kita tutup hari kita dengan doa, dan dalam bisik hatiku menegur Tuhan, "Sungguh, aku ingin memelukknya.".
Keesokan paginya, seekor merpati putih menghampiriku dan memberikanku sepucuk surat.
"Surat itu bukan untukku, kenapa kamu mengantarkannya kepadaku?"
Akupun melihat pengirimnya dan aku tidak mengenalnya sama sekali, hingga mataku berhenti saat membaca kepada siapa surat itu ditujukan. Kamu.
Dengan segera aku membuka dan membacanya. Aku terkejut akan isi surat tersebut. Aku tak mengingat kata demi kata dari isi surat itu, namun aku masih sangat mengingat, pagi itu aku menjadi anak laki-laki paling bahagia sesemesta raya.
Pagi ini aku terbangun. Alarmlah yang menggangu tidurku. Dengan sangat berat aku membuka mata, dan pagi itu aku melihat kamu tertidur di pelukku dengan anggunnya. Aku mengucek mata dan menampar pipiku, "Demi Tuhan, ini bukan mimpi."
Aku mempererat pelukanku. Aku menempelkan bibirku di ubun-ubunmu. Aku kembali memejamkan mata dan menikmati saat-saat itu, "Aku sayang kamu.".
0 komentar:
Posting Komentar