Aku yakin pasti sebagian besar dari kalian masih
menerka-nerka apa itu Pintau? Wajar saja sih, soalnya salah satu puncak dari
Gunung Sibayak ini bahkan masih asing juga di telinga para pendaki gunung yang
padahal mendaki gunung adalah kegemarannya. Seharusnya mereka mengenal tempat
itu, bukan? Tapi itulah realita pahit mengenai Pintau yang terlupakan tersebut.
Pintau (Puncak Pintau) sendiri berada di ketinggian ±2200
mdpl, yang mana membuatnya menjadi puncak tertinggi di komplek Gunung Sibayak.
Sekalipun gunung yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara ini
dikategorikan gunung yang cocok untuk pendaki pemula karena memiliki jalur
pariwisata, namun bagiku, khusus untuk Pintau bukanlah tempat yang bersahabat
untuk mereka yang amatir dalam hal seperti ini. Jalur pariwisata yang
disediakan pemerintah kabupaten hanya mampu menjangkau hingga ke kawah Sibayak
saja. Sedangkan untuk ke Pintau, kita harus mendaki lagi. Nah, jalur yang harus
kita tempuh dari kawah tersebutlah yang justru cukup sulit untuk pemula.
Jalurnya berupa kolaborasi antara suasana hutan hujan
tropis, semak belukar, dan bebatuan. Kontur tanahnya juga rawan ambles. Pendaki harus ekstra hati-hati
karenanya. Ditambah lagi hutannya juga tergolong masih perawan. Suasana
rimbanya masih sangat kental. Kita hurus memusatkan perhatian mencari setiap
penanda agar kita tidak tersesat. Tak jarang kita harus merangkak melewati akar
dan memanjat patahan yang kemiringannya bisa mencapai 90
ͦ. Dan sekali lagi aku tekankan, hal tersebut kita hadapi dengan kondisi
tanah yang rawan ambles ya.
Tidak hanya itu, pendaki yang ingin mencoba menaklukan Pintau juga
harus berperang melawan cuaca. Cuaca disana sangat labil, tidak bisa
diprediksi. Rute perjalanan yang sebenarnya singkat bisa ditempuh berhari hari lamanya hanya karena hal tersebut. Sebab kalau hujan, jangan sekali-kali memberanikan diri untuk tetap
melanjutkan perjalanan ke atas. Sangat berbahaya. Kita bisa saja terperosok ke
jurang yang selalu berada disisi jalur kita. Belum lagi kabut tebal bakalan
sering menutupi jalur. Jika kabut sudah turun, sebaiknya menunggu saja hingga
kabutnya hilang. Karena faktanya, penyebab utama hilangnya pendaki saat
pendakian adalah karena terlalu memaksakan diri.
Terlepas dari itu semua, bagi seorang pendaki sepeti aku justru
tantangan itulah yang memaksaku untuk tetap mendaki kesana terus. Namun
sayangnya, para pendaki lain kurang sependapat denganku. Bagi mereka Pintau
bukanlah destinasi yang menarik seperti Gunung Sinabung. Ya, aku memang
mengakui Sinabung adalah gunung yang hebat. Gunung yang juga merupakan tetangga
Gunung Sibayak ini memang menawarkan pesona alam yang lebih luar biasa dari
Pintau. Namun ntah mengapa aku tak menganggap mendaki ke Puncak Sinabung adalah
sebuah pendakian. Aku hanya menanggapnya hanya seperti tur ekowisata. Maaf maaf
saja ya. Soalnya jalurnya begitu jelas. Kita tak perlu ambil pusing memikirkan
resiko kita untuk tersesat disana. Jadi mau bagaimanapun indahnya panorama
dipuncaknya, hatiku tetap tidak begitu bergetar mengingat upaya kesana tidaklah
sulit sulit banget. Berbeda dengan Pintau,
aku selalu menitikkan air mata haru-ku setiap kali aku mampu
menginjakkan kaki kaki lelah-ku disana.
Tapi itulah realita saat ini. Pintau hanya sekedar menjadi percakapan, bukan tindakan. Pintau telah terlupakan. Aku harap untuk yang bukan pendaki, mulailah mengenal kegiatan ini. Cari gunung gunung yang tergolong mudah untuk pemula, cintailah kegiatan ini, dan kemudian tulislah kata “Pintau” menjadi salah satu destinasi kamu berikutnya. Sedangkan untuk teman teman sesama pendaki, hey! Masih ada sebuah tempat kecil di ketinggian ±2200 mdpl disana yang kini terkujur kaku, rindu akan doa manis kita, air mata haru kita, serta sentuhan hangat tangan tangan kita di ubun ubun dingin-nya.
Tapi itulah realita saat ini. Pintau hanya sekedar menjadi percakapan, bukan tindakan. Pintau telah terlupakan. Aku harap untuk yang bukan pendaki, mulailah mengenal kegiatan ini. Cari gunung gunung yang tergolong mudah untuk pemula, cintailah kegiatan ini, dan kemudian tulislah kata “Pintau” menjadi salah satu destinasi kamu berikutnya. Sedangkan untuk teman teman sesama pendaki, hey! Masih ada sebuah tempat kecil di ketinggian ±2200 mdpl disana yang kini terkujur kaku, rindu akan doa manis kita, air mata haru kita, serta sentuhan hangat tangan tangan kita di ubun ubun dingin-nya.
0 komentar:
Posting Komentar