Senin, 21 Desember 2015

Kelinci dan Tupai

Kali ini aku ingin bercerita tentang kisah kelinci dan tupai.

Di sebuah hutan, hiduplah si Kelinci dan si Tupai. Sarang mereka sangat berdekatan. Setiap hari mereka selalu bertemu dan berbagi. Ya, berbagi. Mereka memang memiliki kebiasaan unik, yaitu berbagi.

Semua yang mereka butuhkan telah hutan sediakan, mereka hanya tinggal perlu mencarinya. Kebiasaan mereka berdua adalah mereka selalu saling menukarkan perolehan hasil hutan mereka pada hari tersebut. Selama bertahun-tahun mereka melakukannya bukan atas dasar itung-dagang, melainkan kasih sayang.

Suatu hari si Tupai pun pulang dan mendapati si Kelinci telah menunggu di depan sarangnya.

"Hai, Kelinci. Sudah lama menunggu?", sapa si Tupai.

"Tidak, kok.", balas si Kelinci dengan senyuman. "Ini, aku membawakanmu tiga toples madu, dua buah apel, sehelai daun jarak untuk selimut kamu karena malam ini sepertinya akan sangat dingin, dan seekor kunang-kunang untuk menerangi sarangmu."

"Wah, makasih banget, Kelinci.", jawab si Tupai. "Tapi,", si Tupai pun tiba-tiba terlihat sedih.

"Tapi apa?"

"Aku cuma bisa ngasih kamu sebiji kenari."

"Tupai, kenapa kamu setiap hari selalu memberikanku itu dan dalam jumlah yang sama pula?"

"Aku membagikannya dengan teman-temanku."

"Kenapa, Tupai? Apa mereka dan kamu juga melakukan hal yang sama seperti yang terjadi di antara kita? Apa mereka juga memberikanmu madu, apel, daun jarak, dan kunang-kunang?", tegas si Kelinci.

"Kenapa kamu berkata seperti itu? Apa kamu merasa kenariku tidak seimbang dengan pemberianmu?"

"Jelas, Tupai."

"Terus?"

"Tupai,", ucap Kelinci selembut mungkin. "Kenapa kamu tidak memprioritaskan aku disaat aku memprioritaskan kamu?"

Si Tupai pun diam sejenak. "Aku tidak bisa seperti kamu, Kelinci. Aku tidak tahu kenapa.", ucapnya.

"Tupai, coba kamu jawab ke aku, tujuan dari kita berbagi ini apa?"

Si Tupai semakin tak tahu mau berkata-kata apa lagi.

"Kamu kenapa diam, Tupai?"

"Aku tidak bisa seperti kamu, Kelinci!", bentaknya.

"Oh, yaudah.", ucap si Kelinci tenang.

"Yaudah?", tanya si Tupai bingung. "Yaudah apa?". Si Tupai pun mulai terduduk lemas. "Kamu tidak mau berbagi lagi denganku karena tahu aku tidak akan bisa seperti kamu, ya?"

Si Kelinci pun heran mendengarnya. "Ngomong apa kamu?"

"Iya, kan?", lanjut si Tupai. "Tadi aja kamu ungkit-ungkit apa yang telah kamu berikan. Kamu pingin aku memberikan hal yang sama, kan?" Tupai pun mulai terbawa suasana. "Sekarang kamu tahu kalau aku tidak akan pernah bisa seperti itu. Kamu pasti mau menghentikan apa yang selama ini terjadi diantara kita."

Untuk beberapa saat, si Kelinci benar-benar tersentak mendengar ucapan si Tupai itu. Ia pun menarik napas dalam dan mulai berbicara. "Aku mengatakannya bukan karena aku memaksa kamu untuk memberikan hal yang sama ke aku, Tupai, melainkan supaya aku tahu siapa aku di matamu sekarang dan apa yang harus kulakukan supaya aku memiliki posisi yang aku inginkan di hatimu. Mungkin saat ini aku cuma memiliki sebagian kecilnya saja, tapi aku tak akan pernah memberikan hatiku yang telah kuserahkan ke kamu seutuhnya ke yang lain hanya karena itu, Tupai. Aku akan berusaha untuk memenuhi hatimu dengan diriku", ucap si Kelinci sambil tersenyum mantap. "Dan untuk persoalan madu, apel, daun jarak, serta kunang-kunang, semua itu akan senantiasa kuberikan kepadamu sekalipun aku hanya mendapatkan sebiji kenari sebagai balasannya." Si Kelinci pun menghela napas. "Kamu tahu kenapa, Tupai?"

Si Tupai hanya menggeleng kecil.

"Karena aku tahu kamu membutuhkannya. Kamu adalah bagian dari hidupku."

Share:

0 komentar:

Posting Komentar