Jumat, 27 Maret 2015

53 Kuda Putih untuk Tuan Puteri

Seperti kisah cinta klasik yang sering kita saksikan dulu sewaktu kecil, demikian jugalah yang melingkupi kita hingga saat ini. Karena cinta memang seperti itu, siapapun yang mengalaminya, kapanpun, dan dimanapun ia terjadi, ia akan menciptakan satu hal yang sama, yaitu hasrat untuk berjuang. Ya, cinta memang klasik, sangat klasik. Cinta yang dulu adalah cinta yang sekarang, dan selamanya pun akan demikian.

Disaat seorang Pemuda biasa mencintai seorang Puteri kerajaan, orang-orang disekitar pasti akan mentertawakan Pemuda itu, dan keluarga kerajaan juga pasti akan mencibir sang Puteri. Namun ternyata Pemuda itu tidak memperdulikan. Ia percaya pada kekuatan anugerah kecil dari sang Khalik tersebut, ia percaya pada cinta itu.

Kini, Pemuda itu melakukan kesalahan yang membuat sang Puteri kecewa. Sang Puteri beberapa hari ini hanya mengurung diri di kamarnya di puncak menara istana. Setiap pagi Pemuda itu berdiri di pelataran istana untuk meyapa sang Puteri. Sang Puteri pun melihatnya, dan Pemuda itu melambai. Namun, sang Puteri masih begitu kecewa kepadanya hingga ia menarik diri dari jendela kamarnya itu.

Si Pemuda itu memikirkan bagaimana sang Puteri mau bermain dengannya lagi, hingga di suatu pagi ia membawakan 53 ekor kuda putih terbaik yang ia tangkap langsung dari padang rumput di tengah-tengah hutan di luar wilayah kerajaan itu ke pelataran istana, hingga semua rakyat kerajaan itu pun melihat ke arahnya.

Ia berteriak, "Puteri!". Sang Putri pun menoleh keluar jendela dan melihat Pemuda itu beserta kuda-kudanya. "Puteri, ayo kita tunggangi kuda-kuda ini bersama. Ayo kita lihat dunia yang hanya seluas pengamatan kita ini, Puteri. Turunlah, dan peganglah tanganku."

Ayo, Tuan Putri. Peganglah tanganku.

Kredit:
Thankyou banget buat Ariani Pramudita Utami yang uda mikir buat bikin kata-katanya. Ngaco sih, tapi ya, it's okay anyway, hehe.
Thankyou juga buat Martin, Vega, Silmah, dan Dini yang uda ngambilin muka para kuda, haha. Sorry ngerepotin ya, brow!
Yang terakhir, terimakasih yang paling dahysat seantero jagat raya buat para teman-teman yang uda berkontribusi berbicara. Maaf kalian ku-analogikan dengan kuda, haha. Sekali lagi terimakasih banyak, tanpa kalian video ini ngga ada!
Share:

1 komentar: