Sudah seminggu ini aku menjadi makhluk tanpa warna. Tak ada sedikitpun keceriaan di wajahku. Aku tak mengetahui alasan dibalik semua ini. Tapi kurasa, ini pasti berhubungan denganmu. Soalnya, aku melihat sikapmu kini berubah. Dulu, kau selalu mengumbar senyum indahmu itu setiap kali kita berpandangan. Kini? Yang ada hanyalah wajah datarmu yang kubenci itu.
Jujur saja, hatiku tak pernah kuat menghadapi semuanya. Aku sudah tahu kok kalau kini kau telah memiliki dia yang mampu mengisi kekosongan di hatimu. Kini kau telah menemukan priamu yang berani memperjelas hubungan diantara kalian, tidak seperti aku yang hanya mampu memberikan tanda tanda lewat kata kata saja.
Aku sangat menghargai hubungan yang kalian jalin, itulah mengapa aku diam. Namun, tak bisa disalahkan jika aku justru jadi terlihat seperti seorang pemurung. Memang, ada yang mengatakan kepadaku untuk jangan terlalu bawa perasaan. Tapi, bukankah cinta itu adalah perasaan? Ntahlah, aku tak pernah paham akan hal itu.
Hanyut dalam kemurunganku, aku merenung. Bagaimana bisa cinta terlihat seolah olah begitu akrab dengan duka, bagi orang orang yang telah mengenal cinta itu sendiri? Aku jadi iri dengan anak kecil. Mereka selalu disesaki dengan apa yang namanya cinta, dan mereka selalu bahagia karenanya.
Aku mencoba memahami, walau sulit, tapi aku tetap mencoba hingga akhirnya aku malah ingin menjadi seperti anak kecil lagi. Namun aneh rasanya, karena aku merasa aku akan menjadi seperti sedang mengenakan topeng saja. Persetanlah dengan semua itu, aku tetap ingin menjadi seperti mereka, yang selalu mampu menikmati cinta, meskipun cinta itu sendiri selalu memperdaya mereka.
gila gila gila! :'3
BalasHapuscinta, duka, apa bedanya? ;3
BalasHapusanak kecil, hmm
BalasHapus