Krisis multidimensi yang membawa Indonesia masuk kedalam era reformasi nyatanya sangat pelik. Hingga saat saja ini belum terlihat ada perubahan yang signifikan. Yang masyarakat mampu rasakan hanyalah tindakan - tindakan semu dari pemimpin negara ini yang sudah beberapa kali berganti. Tentu saja hal tersebut sangat tidak berarti apa apa, karena keinginan mereka yang tunggal itu sajapun, yakni "sejahtera", sukar dapat terwujud.
Lantas, siapa yang harus disalahkan? Tentu, masyarakat itu sendirilah yang melatar-belakangi semua penderitaan negeri yang indah ini. Perlu diketahui bahwa salah satu dari krisis multidimensi adalah krisis kepemimpinan. Atau sederhananya, masyarakat tak mampu mengutus seorang diantara mereka untuk mencarikan mereka jalan keluar dari masalah yang dihadapi selama beberapa tahun belakangan.
Ironis memang melihat genersi muda masa kini tak mampu berbicara banyak didalam permasalah yang sebenarnya di-pelik-pelik-an ini. Generasi muda yang merupakan tumpuan harapan bagi mereka yang telah habis masanya, justru bertingkah layaknya orang tak berbeban. Sibuk dengan kesenangan mereka sendiri, menikmati dunia yang bagi mereka selalu terasa gemerlap, menunjukkan sesuatu yang mendasar dalam permasalahan ini, bahwa generasi muda bangsa Indonesia telah kehilangan kepekaan mereka.
Mengapa selalu ada pemberitaan tentang kasus tawuran antarpelajar mengiringi pembertiaan kasus korupsi pejabat negara, mengapa ada pelajar yang terjebak narkoba saat harga barang pokok naik, mengapa ada kasus pemerkosaan mahasiswa saat negeri ini krisis listrik, mengapa peristiwa pencurian oleh sekelompok pemuda menemani jatuhnya harga rupiah, mengapa? Kalau sudah begini, apa yang mau dibuat lagi? Kehancuran negara inipun tinggal menunggu waktu, dan itu tidak lama lagi. Negara harus menerima kenyataan pahit bahwa ternyata satu - satunya harapanpun kini justru semakin membabak-belurkan keadaan saja.
Memang tidak adil juga jika menghakimi seluruh generasi muda masa kini bobrok, karena nyatanya masih ada segelintir yang mampu menyenangkan negara, lewat prestasi mereka, lewat kecintaan mereka terhadap Indonesia. Tapi sayangnya, yang namanya negara itu adalah sebuah organisasi raksasa, yang jika ada salah satu komponennya tidak benar, maka tujuan dari-nya pun mustahil tercapai.
Sampai kapan negara ini menderita yang imbasnya pun juga dirasakan ke masyarakatnya? Tidak adakah yang merasa jenuh? Seharusnya, inilah saat yang tepat untuk mengambil langkah petama merubah negara ini, sekecil apapun itu. Mulai lihat kesekitar, dan mencoba peduli kepada sekitar. Mencoba bertanya kehati masing masing mengapa, mengapa bangsa Indonesia mengalami masa kejatuhan ditangan generasi ini?
Kalau berbicara soal bangkit, bangsa ini pasti mampu jika melihat bagaimana dulu generasi muda mau bahu membahu membangun sebuah negara yang awalnya tidak ada, menjadi negara yang bahkan sempat disegani didunia. Saat ini sebenarnya lebih mudah, sebab bangsa ini tidak dalam keadaan nol. Sekali lagi ditekankan, yang dibutuhkan hanyalah langkah pertama generasi muda bangsa ini.
Para generasi muda daerah perbatasan terkenal akan kesetiaan mereka terhadap negara yang sebetulnya belum banyak berbuat kepada mereka. Tetapi mereka tetap cinta. Karena cintalah mereka peduli, dan karena pedulilah, makanya mereka siap berubah untuk masa depan yang lebih baik. Tetapi mereka tak mampu berbuat banyak karena keterbatasan pendidikan mereka.
Disisi lain, generasi muda perkotaan yang cukup berpendidikan tak jarang mengukir prestasi - prestasi yang membuat negara bangga. Namun mereka masih dilanda krisis nasionalisme, dan itu semakin hari semakin menjadi saja.
Inti dari pernyataan - pernyataan tersebut sederhana, bahwa ternyata generasi muda bangsa ini masih memiliki komponen yang melayakkan mereka menjadi pemimpin yang jauh lebih baik dan beretika dari pemimpn - pemimpin sebelumnya. Yang kurang hanyalah pemerataan, dimana seharusnya baik di pebatasan maupun di kota kota besar, generasi muda harus tetap memiliki kedua komponen itu.
Sama sekali tak ada gunanya menunggu tindakan dari pusat untuk penyelesaian semua ini, karena mereka terlalu sibuk sehingga enggan mengurusi hal - hal sesepele ini, yang padahal besar dampaknya bagi negara. Yang dibutuhkan saat ini adalah kepekaan. Generasi muda dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya harus lebih peka lagi dalam mengartikan setiap pikiran - pikiran yang timbul sebagai bentuk tanggapan dari permasalahan yang ada, harus lebih peka lagi dalam mendengarkan perkataan - perkataan yang terpendam dalam hati setiap masyarakat disekitarnya, dan harus lebih peka lagi melihat kesusahan - kesusahan yang membutuhkan perbuatan nyata. Mengapa? Karena generasi muda inilah pemimpin masa depan bangsa.
bagus!
BalasHapussipppp
BalasHapustumben gak tentang cinta.
BalasHapus