Sore yang tak terlalu cerah, aku menikmati angin kencang yang mampu melululantahkan segala hal di sekitarku. Ntah mengapa, tiba tiba aku merasakan sakit yang tak mampu ku gambarkan. Sangat sakit, sampai aku saja lupa bagian tubuhku yang mana yang kurasakan sakit pada saat itu. Aku memejamkan mataku merasakan sayatan ditubuh dingin ini, hingga tiba tiba aku telah berada dikamarku yang pengap hangat saat aku membuka mata.
Dihadapanku telah terpampang beberapa tulisan tulisanku tentang dia yang kupublikasikan melalui blog pribadiku. Aku membacanya, menikmati setiap kata kata indah dari hatiku itu. Aku pun seketika bingung, mengapa dia seolah tak memberikan tanggapan apapun terhadap apa yang kulakukan itu. Apa semua itu tak mampu menyentuhnya?
Saat aku memikirkannya, sesuatu yang berat menimpa kepalaku hingga akupun terbangun di pagi, dua hari setelah itu. Aku keluar dari kamar kecilku, menuju dunia luar. Tiba tiba saja, aku sudah berada disebuah tempat. Aku tidak mengetahui pasti dimana itu, tapi sepertinya itu hanyalah sekolahku dalam versi mati. Aku berjalan dikoridor. Kulihat seorang wanita cantik berjalan didepanku. Ternyata itu dia. Ekspresi wajahnya tak dapat kujelaskan. Namun aku mampu menangkap kekhawatiran dari caranya menatapku. Aku hanya melempar wajah datar kearahnya. Kamipun berlalu.
Aku memikirkan apa yang dia pikirkan saat tadi berpapasan denganku. Apa yang dia ingin ungkapkan? Cukup lama waktu berjalan hingga akhirnya aku sadar seluruh tanganku telah penuh dengan coretan coretan. Aku mengenal tulisan pada coretan coretan itu. Itu tulisannya. Bagaimana bisa? Seketika aku mengarahkan pandanganku kedepan, seketika itu juga aku telah berada di halaman rumahku.
Aku mencoba membaca coretan coretan itu. Perasaanku campur aduk. Aku sangat senang mengetahui bahwa ternyata dia juga suka padaku. Tapi aku juga ingin menangis, melihat kenyataan bahwa sikapku ke dia tak lagi sama seperti dulu, sebelum aku ada rasa dengannya. Aku selalu bersikap dingin selama ini, sebagai ungkapan kekecewaanku terhadap sikap acuhnya itu terhadap perasaanku.Mulai dari ujung jari kananku, hingga ujung jari kiriku, aku membaca kata demi kata yang terasa seperti sayatan dikulitku itu. Dalamnya perasaanku terhadapanya ternyata mendapat balasan. Kenapa aku tak pernah menduganya?
Aku memanggil bundaku. Bundaku menjelaskan bahwa ia dan beberapa sahabatku datang menjengukku, saat aku tak berada didunia ini. Dia terlihat sangat sedih. Mendengar ucapan bundaku itu, aku langsung berpikir apa yang membuatnya sedih? Keadaanku? Ataukah perasaanku? Aku menoleh kearah pekaranganku, dan disana aku membaca susunan batu berwarna yang bertuliskan "aku suka kau". Aku tak habis pikir bagaimana dia melakukannya? Mencoret limpahan hatinya ketanganku, ke pekaranganku, tapi kenapa dia melakukannya saat aku tak ada? Kenapa dia tidak melimpahkan semua itu langsung kehatiku saja? Apa aku sedang bermimpi?
agak payah ya diikutin ceritanya
BalasHapusini kisah nyata?
BalasHapusini kaya mimpi beneran deh men.
BalasHapusAku kaya pernah ngalamin seperti itu juga. Kalau ini emg kisah nyata, sebaiknya jangan terlalu kau pikirkan lagi dianya.
BalasHapus