Kamis, 16 Oktober 2014

Selamat Ulang Tahun Masa Lalu dan Masa Depanku

Hari ini adalah hari ulang tahunmu. Alarm yang sudah kuatur untuk berbunyi pukul lima sore sehari sebelum hari ini yang mengingatkannya. Sayang, semua upayaku itu terkesan sia-sia, karena aku tetap tidak menjadi yang pertama mengucapkan selamat untukmu. Badanku yang sangat lelah dengan seluruh aktivitas padat yang kulakukan belakangan ini membuatku tak mampu menahan beratnya mataku.
 
Namun, pagi ini aku telah mengucapkannya. Aku mengucapkannya dengan suara serak dengan roh yang bahkan masih belum utuh. Tapi aku mengucapkannya, alam bawah sadarku yang menggerakkanku. Tidakkah kau mendengar suara alarm lainnya di tengah-tengah ucapanku? Berterimakasihlah kepadanya, ya. Jangan salahkan dia karena merusak suasana di telingamu yang mendengarkanku.
 
Sebenarnya tujuanku menuliskan ini karena ada hal yang tak mampu kusampaikan tadi. Aku ingin mengucapkan terimakasih karena telah menjadi masa laluku, masa lalu yang mendewasakanku. Memang semua tergambar pahit, tetapi bukankah dari awal perkenalan kita saja semuanya sudah penuh dengan nuansa itu? Masih ingat kah kau saat aku membuat gigimu yang baru dipasang kawat sakit dengan dasi biruku? Aku tidak dapat menemukan dasi yang membuat kita harus bersama-sama menghadap wali kelas di usia kita yang masih belia tersebut. Saat itu aku meminta maaf, namun kau tidak menyambut tanganku dengan tulus. Saat itu aku mulai benci kepada malaikat secantik dirimu yang sudah membuat hatiku luluh saat mendengarmu bernyanyi “lilin kecil” saat masa orientasi sekolah.
 
Itulah fakta awal dari kita, hingga kita bisa terikat dalam sebuah hubungan yang mencekikku. Aku tak mau menceritakannya disini, karena itu membuat aku terkesan begitu lemah. Dua minggu terindah di dalam hidupku pun melayang bersama dengan seluruh hal tentangmu di dalam benakku. Aku mulai mengenal gadis-gadis lain yang tak kalah menariknya denganmu. Bahkan beberapa dari mereka pernah memiliki hubungan denganku. Sekalipun begitu, fotomu selalu tersimpan dalam memori ponselku. Aku harus mengakuinya. Aku tak bisa membiarkanmu hilang begitu saja. Harus ada tali yang membatasi dan menarikku kembali saat aku telah melangkah terlalu jauh darimu, bukan?
 
Kini, kita sama-sama telah dewasa. Kau, masa laluku, tak masalah bagiku sekalipun kau bukanlah masa kiniku. Aku juga masih ingin melunakkan hatiku dulu dengan gadis-gadis lain hingga kelak ketika tiba waktu dimana kau akan berbaring disana, kau akan terlelap dengan nyaman. Dalam topik doaku, aku selalu berharap kaulah masa depanku. Akankah itu terwujud? Biarlah itu menjadi keputusan Tuhan.
 
Selamat ulang tahun masa laluku. Nikmatilah masa kinimu. Aku selalu percaya kalau kita jodoh, kita pasti akan bertemu lagi.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar