Aku suka berasumsi. Bagiku,
segala yang terjadi di dunia ini terlihat sesuai dengan asumsiku sendiri.
Itulah mengapa duniaku seolah berbeda dengan duniamu. Padahal, bukan dunianya
yang tak sama, tapi cara kita memandang.
Hari ini adalah hari dimana aku tak
mampu sepakat dengan hatiku. Aku kira semuanya baik-baik saja. Aku sudah biasa
jauh darimu. Toh, kita juga sudah
pernah tidak bertemu selama sekitar tiga tahun, dan aku masih hidup, kok. Namun
hatiku mengatakan dia merindukanmu. Empat hari yang kita lalui itu ternyata
telah menjadi empat hari terbaik baginya. Dia mendorongku terus, mendesakku
agar aku segera menemuimu. Tentu aku menolaknya dengan halus. Tapi dia tetap
meminta agar empat hari seperti itu dapat terwujud lagi. Setidaknya itulah yang
dia katakan.
Lalu, aku berkata kepadanya,
“Hati, coba asumsikan aku ini sedang berada di tengah hutan. Aku tersesat. Aku
rindu rumah, tapi aku tak tahu bagaimana cara tiba disana.” Dengan nada
mengejek dia berkata, “Mudah saja caranya, kok. Kau saja yang terlalu
mempersulit.”
Aku berpikir sejenak dan mencoba
mencerna maksud dari hatiku itu. “Bagaimana caranya?”, ungkapku saat yang
kudapat hanya kebuntuan.
“Kau hanya perlu mengambil
langkah pertama.”
“Bagaimana kalau aku malah tiba
di desa lain?”, tanyaku dengan ekspresi masih penuh kebingungan.
“Tidak mungkin lah. You just have to walk to the north. The true
north. Believe me, and you’ll be home."
Untukmu yang disana, kau tau
kalau cerita yang sedang kuceritakan saat ini tentangmu. Situasi dimana aku sedang tersesat di tengah hutan
adalah kondisiku saat ini, di kota yang berbeda denganmu. Di kota ini, aku
sepanjang hari merindukan seseorang, gadis tercantik yang pernah kutemui – kau.
Desa lainnya adalah gadis-gadis lain
yang bisa saja menjerumuskanku – menjauhkanku darimu – lagi, dan rumah adalah empat hari, dimana saat
itu, satu-satunya yang kulihat di dunia ini hanyalah kau. Di dalam cerita itu,
hatiku menyuruhku untuk mengambil langkah pertama, bukan? Langkah pertama itu adalah saat dimana aku menyatakan semuanya
kepadamu. Percayalah, kala itu aku bersumpah kalau aku bersungguh-sungguh.
Aku telah melakukan langkah
pertamaku, dan kau tahu itu. Kini, aku hanya tinggal mengikuti “my true north” agar aku tidak tersesat
lagi, and I assume it’s you. I assume.
Really awesome. Semoga nyampek rumah tepat waktu ya :D
BalasHapusAmin. Semoga rumahnya masih di jalan garpu ya =D
Hapustulisanyaa ini love kaliloh dek haha
BalasHapusThankyou kakak cantik.
Hapus