Selasa, 10 Februari 2015

True North

Aku suka berasumsi. Bagiku, segala yang terjadi di dunia ini terlihat sesuai dengan asumsiku sendiri. Itulah mengapa duniaku seolah berbeda dengan duniamu. Padahal, bukan dunianya yang tak sama, tapi cara kita memandang. 

Hari ini adalah hari dimana aku tak mampu sepakat dengan hatiku. Aku kira semuanya baik-baik saja. Aku sudah biasa jauh darimu. Toh, kita juga sudah pernah tidak bertemu selama sekitar tiga tahun, dan aku masih hidup, kok. Namun hatiku mengatakan dia merindukanmu. Empat hari yang kita lalui itu ternyata telah menjadi empat hari terbaik baginya. Dia mendorongku terus, mendesakku agar aku segera menemuimu. Tentu aku menolaknya dengan halus. Tapi dia tetap meminta agar empat hari seperti itu dapat terwujud lagi. Setidaknya itulah yang dia katakan.

Lalu, aku berkata kepadanya, “Hati, coba asumsikan aku ini sedang berada di tengah hutan. Aku tersesat. Aku rindu rumah, tapi aku tak tahu bagaimana cara tiba disana.” Dengan nada mengejek dia berkata, “Mudah saja caranya, kok. Kau saja yang terlalu mempersulit.”

Aku berpikir sejenak dan mencoba mencerna maksud dari hatiku itu. “Bagaimana caranya?”, ungkapku saat yang kudapat hanya kebuntuan.

“Kau hanya perlu mengambil langkah pertama.”

“Bagaimana kalau aku malah tiba di desa lain?”, tanyaku dengan ekspresi masih penuh kebingungan.

“Tidak mungkin lah. You just have to walk to the north. The true north. Believe me, and you’ll be home."

Untukmu yang disana, kau tau kalau cerita yang sedang kuceritakan saat ini tentangmu. Situasi dimana aku sedang tersesat di tengah hutan adalah kondisiku saat ini, di kota yang berbeda denganmu. Di kota ini, aku sepanjang hari merindukan seseorang, gadis tercantik yang pernah kutemui – kau. Desa lainnya adalah gadis-gadis lain yang bisa saja menjerumuskanku – menjauhkanku darimu – lagi, dan rumah adalah empat hari, dimana saat itu, satu-satunya yang kulihat di dunia ini hanyalah kau. Di dalam cerita itu, hatiku menyuruhku untuk mengambil langkah pertama, bukan? Langkah pertama itu adalah saat dimana aku menyatakan semuanya kepadamu. Percayalah, kala itu aku bersumpah kalau aku bersungguh-sungguh.

Aku telah melakukan langkah pertamaku, dan kau tahu itu. Kini, aku hanya tinggal mengikuti “my true north” agar aku tidak tersesat lagi, and I assume it’s you. I assume.
Share:

4 komentar: